Saturday, November 28, 2009

Antara Penampilan dan Kekuasaan

ANTARA PENAMPILAN DAN KEKUASAAN
ZULKIFLI AHMAD



BAGI kita masyarakat awam, penampilan bukan merupakan suatu hal utama yang menjadi kebutuhan primer. Namun bagi mereka yang telah lama berpenampilan, telah menjadikan penampilan sebagai kebutuhan primer yang sangat sulit dipisahkan. Bahkan yang lebih buruk lagi dengan penampilan mereka dapat berbuat apa saja sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Di antara kita, ada yang merasa bangga dengan mengenakan seragam kebesaran tertentu yang secara hakiki ternyata milik rakyat. Tapi ada sebagian kecil dari kita yang merasa sungkan, bahkan jenuh dalam berpenampilan. Menurut meraka, penampilan terkadang sebagai pembatas yang memisahkan antara satu golongan dengan golongan lainnya.
Banyak dari kita sebenarnya telah lupa akan eksistensi kita di dunia ini. Masing-masing dari kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya. Dengan berpenampilan, kita menjadi serakah, angkuh dan terkadang berbuat ketus terhadap sesama. Dan dengan berbagai alasan yang kuat, mereka mencoba membenarkan apa yang mereka lakoni sebagai bagian yang tak terpisahkan dari profesi mereka.
Tentu saja tidak pernah ada yang mengakui, ketika pertanyaan-pertanyaan yang bersifat interrogative dilontarkan. Semua mengelak dan berusaha menghindar akibat dari perasaan tidak bersalah dan tidak pernah mengakui kelemahan. Kita tidak perlu meminta kepada Pemerintah suatu kebijakan atau pemberlakuan untuk tidak menggunakan seragam bagi instansi tertentu. Namun, hal yang paling pantas dan harus kita lakukan adalah refleksi dan evaluasi kembali tentang jiwa-jiwa yang bersembunyi di balik seragam tersebut.
Hadirnya kekuasaan dalam berseragam adalah mutlak menjadi hak prerogative person manusia, manakala mempunyai jabatan tertentu atau berada di instansi tertentu. Bukan itu saja, pengalaman berseragam dan di instansi mana ia lakoni, merupakan bagian dari kekuasaan seseorang. Apa yang patut kita banggakan untuk menjadi yang terbaik di dunia ini? Tidak ada yang perlu kita banggakan selain ketaatan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apakah ada firman Tuhan yang menempatkan posisi terhormat bagi mereka yang berpangkat atau berseragam indah ? Tidak sahabat, sekali-kali tidak!. Hanya dengan ketaqwaan tertinggi dan berilmulah yang dinaikkan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Di zaman kehidupan Nabi Muhammad SAW dulu, tidak ada ucapan dan tindakan ketus atas nama jabatan, kedudukan dan seragam. Semua yang dilakukan, atas dasar keadilan dan kearifan bagi sesama. Masih ingatkah kita akan sejarah Bung Karno-Seorang Tokoh yang selalu menulis rakyat dengan huruf R besar-yang berkunjung ke daerah dengan berjalan kaki? Apakah kendaraan pada waktu itu tidak ada? Ada sahabat, namun beliau tidak membuat batasan antara Rakyat dan pemimpin dengan menaiki kendaraan, sementara Rakyatnya hanya berjalan kaki.
Semua yang terjadi hari ini, ternyata dapat membuat kita mengambil suatu penilaian bahwa nilai-nilai kerakyatan, keadilan dan kearifan telah “mati” tergilas zaman. Adakah di antara kita yang senantiasa berpikir tentang kepentingan masyarakat/umum, di atas kepentingan pribadi dan golongan? Apakah dengan berseragam senantiasa membuat kita lupa akan eksistensi kita yang sebenarnya? Ataukah kita memang benar-benar buta?
Seringkali pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya kita dengarkan dari suara hati yang telah cacat. Jauh di sanubari sehat, tidak didengungkan suara-suara Ilahi yang menggetarkan relung tanggung jawab. Dalam berbagai pendidikan dan pelatihan (Diklat), sering disampaikan tentang bagaimana kita memberikan pelayanan prima kepada publik, namun semakin banyak keluhan akibat dari pelayanan yang ketus dan tidak professional dalam bingkai seragam. Bahkan ada pula yang bertindak preman ketika berseragam. Seolah-olah dengan berseragam, mereka jauh lebih terhormat, lebih suci dan lebih berderajat dari manusia lainnya.
Masya Allah……

No comments: